“Terjemahan AL-JAWAHIR AL-KALAMIYAH Karya Syaikh Thohir bin Sholih Al-Jaza’iry”
“Terjemahan
AL-JAWAHIR AL-KALAMIYAH Karya Syaikh Thohir bin Sholih Al-Jaza’iry”
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah,
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan dan kesempatan
kepada Saya untuk menulis Kembali. Sholawat serta salam Saya haturkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW.
Pada
kesempatan kali ini, perkenankan saya Ismi Yuniatun NIM. 20101981 Kelas 2PAIC
Institut Ilmu Al-Quran An-nur Yogyakarta. Saya akan menuliskan sebuah Essay
mengenai” Akidah Islamiyyah”. Sebagaib uku referensinya adalah “Terjemahan AL-JAWAHIR
AL-KALAMIYAH Karya Syaikh Thohir bin Sholih Al-Jaza’iry”, Penterjemah Bahrudin
Achmad, diterbitkan oleh Pustaka Al Muqsith Bekasi pada tahun 2020. Adapun
Pembahasan yang akan saya angkat adalah tentang “Iman Kepada Qodlo’ dan
Qodar”. Essay ini ditulis untuk memenuhi tugas dari Bapak Subhan Ashari,
Lc dalam mata kuliah Pengantar Studi Islam. Apabila terdapat
kesalahan ataupun kekurangan dalam penulisan dan isi dari essay ini kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan.
“IMAN
KEPADA QODLO’ DAN QODAR”
Oleh: Ismi Yuniatun
Sebelumnya
kita harus tau terlebih dahulu “Apa Pengertian Iman Kepada Qodlo’ dan
Qodar?”
Menurut Bahasa “Qadha” berasal dari kata
Qadha-Yaqdhii yang berarti memutuskan suatu perkara dengan ucapan atau
perbuatan. Sedangkan secara isilah Qadha berarti ketetapan, ketentuan atau keputusan Allah SWT tenang sesuatu
perkara sejak zaman azali (sebelum adanya ala mini) yang belum diketahui dan
belum diterima oleh makhluknya.
Menurut Bahasa “Qadar” berasal dari lafadz Qadara-Yaqdiru
yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Sedangkan secara istilah Qadar berarti
pembatasan Allah SWT untuk perkara tersebut atau bisa juga berarti ketentuan
atau ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT atas Makhluk-Nya dan telah
diterima serta telah berlaku bagi makhluknya.
Dapat kita simpulkan bahwa Iman Kepada Qodlo dan Qodar adalah
meyakini di dalam hati yang terwujud lewat lisan dan perbuatan bahwa segala
sesuatu yang terjadi adalah ketetapan Allah SWT beserta bagaimana cara beriman
kepada Qadla dan Qadar.
Dalam buku “ AL JAWAHIR AL-KALAMIYAH”, Syaikh Thohir
mengungkapkan tentang bagaimankah cara beriman kepada qadla dan qadar? Kalau
Allah menciptakan semua pekerjaan hambanya, bukankah dengan demikian seorang
hamba melakukan dalam keadaan dipaksa, sedangkan orang yang dipaksa ternyata
tidak berhak pahala maupun siksa? Perumpamaan yang mudah dimengerti dan
menjelaskan bahwa seorang hamba itu
tidak dipaksa oleh semua kehendaknya! Serta manfaat yang dapat diambil dari
perumpamaan tersebut. Apa saja yang akan ditimbulkan oleh pekerjaan yang
ikhtiari?, Setiap melakukan berbagai kejahatan dan kemaksiatan dengan
beralaskan bahwa apa yang ia lakukan sudah ditakdirkan?
Syaikh
Thohir dalam bukunya yang berjudul Terjemahan AL-JAWAHIR
AL-KALAMIYAH, Beliau menuturkan
bahwa cara beriman kepada
Qadla dan qadar adalah dengan menyakini bahwa seluruh pekerjaan para hamba,
baik itu ikhtiari seperti berdiri,
duduk, makan, minum ataupun yang idlthirori seperti terjatuh. Itu semua
terjadi atas kehendak Allah SWT, takdir-Nya yang azali. Manusi aitu melakukan
segala hal bukan karena paksaan Allah, akan tetapi Allah sudah memberikan Akal
pikiran untuk manusia itu berfikir sehingga dia bisa menentukan mana yang baik
dan yang buruk untuk dirinya. Hingga pada akhirnya akan termasuk dalam amal
baik atau buruk sebagai catatan amalnya.
Terdapat perumpamaan antara gerak
tangan Ketika menulis dan gemetar: Ketika menulis dia akan berkata “ Aku
menulis dengan usaha dan keinginanku”, sedangkan orang yang gemetar berkata
“Aku telah menggerakkan tanganku” atau akan berbalik berkata “ini terjadi tidak
atas usahaku”. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa ada 2 jenis aktifitas
yaitu aktifitas yang dating dengan usaha dan keinginan seseorang (ikhtiari)
seperti: makan, minum dan memukul seseorang , dan aktifitas yang hadir tanpa
dikehendakinya (idlthirori) seperti: terjatuh.
Dari pembahasan diatas dapat kita
simpulkan bahwa semua perbuatan, ucapan, dan segala aktifitas mereka baik ataupun buruk atas kehendak, takdir dan
ilmunya Allah, namun hanya kebaikan yang
Allah Ridhoi. Ketika manusia berbuat
kebaikan dia akan mendapat pahala sedangkan yang melakukan kejelekan akan
mendapat dosa atau siksa. Karena kita adalah makhluk Allah yang sempurna,
diberikan akal dan pikiran yang dapat berfikir dan mengetahui baik dan buruk maka kita semua
harus lebih berhati-hati dalam betutur
kata, berbuat sesuatu karena Allah Maha mengetahui segala sesuatunya.
Sekian Essay dari saya…
Terimakasih atas perhatian dan
kunjungannya
Saran serta kritik yang membangun
akan saya tunggu ….
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Bantul, 15 April 2021
👍👍
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus